TEMPO.CO, Jakarta - Project Leader Changing Diabetes in Children (CDiC) Indonesia IDAI, Prof dr Aman Bhakti Pulungan, mengatakan munculnya diabetes tipe 1 bisa karena faktor virus, autoimun, dan lainnya, termasuk kurang vitamin D.
"Diduga karena virus. Jadi, ada beberapa keadaan virus tertentu. Tetapi sulitnya kita belum bisa membuat vaksinnya sampai sekarang. Jadi, ini masih dalam penelitian tetapi autoimunnya hampir pasti," katanya.
Namun, menurut Aman ada juga beberapa kasus kondisi seluruh antibodi autoimunnya negatif. Ini menjadikan para pakar memikirkan tentang kemungkinan bahan kimia tertentu yang juga bisa merusak pankreas.
"Masih banyak sekali penelitian terhadap diabetes tipe 1 tetapi yang jelas memang faktor virus ada, faktor autoimun ada, dan faktor lain-lain. Akhirnya, kami melihat juga faktor vitamin D," tuturnya.
Manfaat vitamin D
Studi di Finlandia, di mana peneliti memberikan vitamin D pada ibu, remaja, wanita hamil, dan bayi menunjukkan pemberian vitamin D dosis tertentu menurunkan kejadian diabetes. Vitamin D diketahui bisa menurunkan risiko kejadian autoimun dan hampir semua penyakit autoimun direkomendasikan diberikan vitamin D. Menurut Aman, salah satu mekanisme mencegah autoimun sekarang salah satunya dengan pemberian vitamin D yang optimal.
"Salah satu yang dilakukan di Finlandia itu mereka bisa menurunkan angka diabetes. Kita harus memberikan vitamin D. Tetapi masalahnya di sini harus bayar. IDAI mengeluarkan rekomendasi diberikan vitamin D sejak lahir antara 400 hingga 600 IU," tuturnya.
Dia berpendapat dengan pola hidup sekarang ini asupan vitamin D pada banyak orang hampir tidak terpenuhi. Seharusnya sebanyak 60 persen luas tubuh terkena paparan sinar matahari selama 30 menit 3-4 kali seminggu.
"Dari makanan juga sulit terpenuhi karena vitamin D tidak hanya dari makanan, dia harus ada ekspos sinar matahari," tegasnya.
Baca juga: Anak Penderita Diabetes Disarankan Periksa Gula Darah Rutin 7 Kali Sehari