TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis endokrinologi anak dr. Dana Nur Prihadi Sp.A(K) mengatakan penderita diabetes melitus anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik asal menjalankan kontrol metabolik secara rutin sesuai anjuran.
"Kalau kontrol metaboliknya bagus, anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana yang tidak diabetes melitus. Kontrol metabolik ini penting," kata anggota UKK Endrokinologi Anak dan Remaja IDAI itu.
Dana mengatakan diabetes anak memang tidak bisa disembuhkan. Seumur hidupnya ia akan bergulat dengan kondisi tersebut. Meski demikian, hal itu bukan penghalang pertumbuhan anak. Apabila sudah terdiagnosis diabetes, maka banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan, tidak saja pada anak juga orang tua dan keluarga secara keseluruhan, mulai dari cek darah, urine, pemantauan pertumbuhan, termasuk berat dan tinggi badan, hingga pemantauan pubertas.
"Pada anak-anak yang baru terdiagnosis diabetes, pemeriksaan gula darah itu lebih rutin, sebelum makan, dua jam sebelum makan, di tengah malam pun diperiksa," jelasnya.
Salah satu parameter terbaik untuk memonitor metabolik yaitu cek gula darah HbA1c setidaknya setiap tiga bulan sekali dengan target di bawah 7,5 persen.
Baca juga:
"Kontrol metabolik itu artinya kalau di pasien diabetes melitus, HbA1c, dicek sebagai marker raportnya dalam tiga bulan terakhir itu reratanya bagus atau tidak," ujar Dana.
Tantangan yang terkadang dihadapi, anak harus dibujuk untuk mau melakukan cek darah rutin, termasuk cek darah tiga bulan sekali. Kabar baiknya, cek gula darah HbA1c sudah bisa dikover BPJS di rumah sakit tipe C.
"Beberapa pasien saya kalau gulanya stabil, bagus, dia bisa jadi atlet juga. Ada yang jadi bintang iklan. Jadi, tetap bisa melanjutkan pendidikan, aktivitas, jadi tidak menghambat. Kalau bisa, sehat. Tapi kalau sudah terkena, ini harus dikawal dan diawasi supaya bisa mandiri, mengerti dirinya dengan baik, apa yang boleh apa yang tidak," paparnya.
Perlu dukungan keluarga
Dana juga mengingatkan keluarga penderita juga harus kompak dan sepakat untuk sama-sama menjaga pola makan seimbang yang dianjurkan, termasuk aktivitas yang dianjurkan. Selain itu, pengobatan juga tidak boleh putus.
Menurut Dana, kebanyakan kasus yang terjadi pada anak adalah diabetes tipe 1. Diabetes ini disebabkan pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin. Anak yang diabetes juga cenderung berbadan kurus.
"Kalau di anak-anak cenderung malah anaknya kurus karena gulanya enggak bisa dipakai. Makan banyak, tapi dia hanya beredar di dalam pembuluh darah, enggak bisa diambil. Akhirnya, lemak di hati, lemak di otot itu diambil, jadi anaknya kurus," jelas Dana.
Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menunjukkan kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat per Januari 2023 dibandingkan 2010. Prevalensi diabetes pada anak hanya 0,028 per 100 ribu jiwa pada 2010 namun meningkat jadi 2 per 100 ribu jiwa pada 2023. Apabila ditotal, IDAI memperkirakan jumlah anak yang menderita diabetes melitus sekitar 1.645. Sekitar lebih dari 90 persen di antaranya merupakan pasien diabetes tipe 1 yang harus mendapat suntikan insulin.
"Ini bisa kita rasakan, kunjungan pasien baru dengan diabetes melitus di klinik-klinik endokrin anak semakin banyak sehingga tergerak coba kita kumpulkan (data). Ternyata kenaikannya di 13 kota sekitar 70 kali lipat," kata Dana.
Pilihan Editor: Awas, Diabetes yang Tak Terkontrol Bisa Sebabkan Kanker