TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini muncul sejumlah kasus obesitas yang menyita perhatian publik, di antaranya pemuda asal Tangerang berinisial MF berbobot 300 kilogram dan meninggal dunia setelah dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada 22 Juni 2023. Ada pula pria bernama CR dan remaja AJ, semua berbobot di atas 200 kg. Kasus obesitas di Indonesia sendiri diklaim naik signifikan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018.
"Obesitas saat ini telah digolongkan sebagai penyakit yang perlu diintervensi secara komprehensif," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, Eva Susanti.
Ia mengatakan obesitas merupakan masalah multifaktor yang dipengaruhi peningkatan asupan energi, perubahan pola makan dari tradisional ke modern, urbanisasi, dan penurunan aktivitas fisik. Faktor tersebut didukung faktor lain seperti aspek sosial ekonomi, budaya, perilaku, dan lingkungan.
Selain itu, obesitas juga dipicu kurangnya aktivitas fisik berkaitan dengan fenomena khas daerah urban, yaitu berkurangnya ruang publik sebagai arena bermain dan berolahraga. Kemudahan mengakses sarana modern berteknologi tinggi juga menjadi faktor penyebab kurangnya aktivitas fisik remaja, terutama di perkotaan.
Penderita obesitas Cipto Raharjo (45) tiba di RSUD Kota Tangerang, Banten, Selasa, 4 Juli 2023. Cipto memiliki berat sekitar 200 kilogram. ANTARA FOTO/Fauzan
Upaya pencegahan dan pengendalian obesitas
Kemenkes mengklasifikasikan obesitas sebagai faktor risiko penyakit tidak menular seperti diabetes melitus, jantung, kanker, hipertensi, dan penyakit metabolik maupun nonmetabolik lain. Eva mengatakan obesitas berkontribusi pada penyebab kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 5,87 persen dari total kematian, penyakit diabetes dan ginjal 1,84 persen dari total kematian.
Kemenkes berupaya menahan laju prevalensi obesitas di Indonesia tetap sebesar 21,8 persen hingga akhir 2024 sesuai indikator dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Eva mengatakan ada tiga pilar penting terkait upaya pencegahan dan pengendalian obesitas.
Pertama, mendorong komunikasi isu obesitas untuk pembicaraan formal maupun informal oleh masyarakat, tenaga kesehatan, pemangku kebijakan, organisasi masyarakat, serta pihak lain. Kedua, strategi pengendalian adalah menjadikan obesitas sebagai upaya kolektif untuk mengubah persepsi tentang obesitas sebagai masalah individu dan mengedukasi orang untuk memahami ada peran masyarakat dan faktor-faktor lain yang berpengaruh. Ketiga, merumuskan upaya nasional untuk mendorong percakapan dan gerakan kolektif mengarah pada suatu tindakan.
"Rencana Aksi Nasional perlu dibangun untuk mengambil tindakan proaktif dan berbasis bukti guna mencegah dan mengatasi obesitas," jelasnya.
Pilihan Editor: Cara Memanfaatkan Jahe untuk Menurunkan Berat Badan