TEMPO.CO, Jakarta - Perilaku anak pada orang lain tercermin dari cara dibesarkan dan diasuh. Anak-anak yang dibesarkan orang tua atau keluarga toxic mungkin tumbuh dengan karakter atau kepribadian yang berbeda.
Perilaku tertentu mungkin tidak selalu menggambarkan anak baik atau tidak tetapi mungkin cermin lingkungan beracun mereka dibesarkan. Berikut ciri anak yang dibesarkan orang tua atau keluarga toxic, dilansir dari Times of India.
Tenang tapi merasa insecure
Anak bisa sangat menyenangkan. Tetapi bahkan yang memiliki orang tua toxic pun terkadang bisa bersemangat. Satu-satunya perbedaan adalah mereka akan sedikit insecure dan meragukan diri sendiri. Sebagian besar anak yang termasuk dalam kelompok ini paling pandai menyembunyikan emosi yang sebenarnya. Bahkan ketika mengalami banyak tekanan dan stres di rumah, mereka akan mencoba memecahkan ketegangan itu dengan membuat lelucon dan bersikap jenaka. Namun di dalam, ada gejolak yang mengacaukan pikiran. Anak terlalu baik kepada orang lain dan merasa sulit berbagi kesulitan dengan orang lain. Sebaliknya, mereka memakai topeng tawa dan senyum.
Mengganggu dan bermasalah
Hasil yang paling umum adalah anak yang toxic dan bermasalah, yang kehilangan tujuan, ambisi, dan memilih untuk berperilaku tidak baik. Kebanyakan anak yang termasuk kategori ini mengganggu, agresif, dan defensif. Mereka tidak suka mendengarkan, tidak menaruh kepercayaan pada siapa pun, dan kemungkinan besar mereka sendiri tidak akan dapat dipercaya.
Meski mungkin tampak kasar dan kuat, mereka secara emosional sangat halus. Itulah sebabnya mereka membuat batasan di sekitar untuk menjaga diri tetap terlindungi. Anak-anak seperti itu butuh perhatian khusus dan bukan diceramahi dan dikritik. Diam-diam mereka ingin didengar dan dihargai.
Dewasa dan bertanggung jawab
Anak yang tumbuh dengan orang tua toxic tak selalu menjadi pembuat onar. Orang tua yang beracun tak selalu berarti lalai atau jauh tapi juga menunjukkan terlalu kritis terhadap anak dan penurut. Karena sangat kritis, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mempertahankan batasan, tak pernah puas dengan kinerja anak. Anak pun tumbuh menjadi pribadi kompetitif dan terlalu dewasa untuk usianya. Mereka mulai bertanggung jawab pada usia dini dan karena takut dimarahi mereka mencoba dan melakukan yang terbaik dalam segala hal.
Berpura-pura tak ada masalah
Mereka berpura-pura semuanya baik-baik saja pada akhirnya. Mereka mencoba membangun narasi yang benar-benar berlawanan dengan kenyataan, sesuatu yang diharapkan, tetapi tidak. Mereka menampilkan keluarga yang mendukung, penuh kasih, dan perhatian. Tetapi jauh di lubuk hati semuanya benar-benar berantakan.
Anak seperti itu butuh orang yang dapat memahami dan mendengar keinginan mereka, bahkan ketika kata-kata tidak diucapkan dengan keras. Orang tua dan keluarga yang toxic mungkin tidak merasa bersalah tetapi entah bagaimana seiring waktu hal itu akan berdampak serius pada pikiran anak.
Pendiam sehingga sering disebut anak baik
Anak dengan orang tua tegas dan keras kepala, yang tidak memiliki kemampuan untuk mendengarkan, mungkin jadi pendiam. Mereka lebih suka tinggal sendiri, hampir tidak terlihat, karena takut diomeli orang tua atau keluarga. Mereka tak suka mendapat masalah, tidak menikmati krisis keluarga namun belajar untuk mengatasi perjuangan sendiri. Mereka bukan yang terbaik dalam mengkomunikasikan perasaan tapi lebih kreatif, hampir seperti pemimpi. Anak seperti itu sering dipuji karena jadi pendengar yang baik, sopan, dan tidak suka memberontak.
Pilihan Editor: Tips Hadapi Orang Tua Beracun dari Psikolog