TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis bedah digestif Made Agus Dwianthara Sueta mengatakan tidak mengunyah makanan dengan baik dapat berisiko terjadinya masalah usus buntu.
“Ada beberapa faktor terjadinya usus buntu, salah satunya feses yang keras. Feses keras dapat terjadi karena tidak mengunyah makanan dengan baik sebanyak 36 kali kunyahan,” kata Agus dalam diskusi daring yang digelar Kementerian Kesehatan, Kamis, 22 Agustus 2024.
Baca juga:
Bila jarang mengunyah dengan baik maka lambung akan bekerja lebih berat dari yang seharusnya. Karena itu, 0,5-1 persen makanan yang masuk bisa saja tidak terproses di lambung. Kemudian, makanan yang tidak terproses tersebut akan masuk ke usus halus dan berputar di sana. Meskipun sudah mengunyah dengan baik, Agus mengatakan feses mengeras pun masih mungkin terjadi sebab enzim yang bekerja di sistem pencernaan juga belum tentu dapat bekerja 100 persen.
“Sehingga kemungkinan besar usia-usia yang sering terjadi usus buntu adalah usia dewasa yang produktif. Tapi bukan berarti anak kecil dan lanjut usia tidak bisa terkena, semua bisa,” jelas Agus.
Usus buntu tersumbat
Gaya hidup usia dewasa yang masih produktif biasanya makan dengan terburu-buru karena banyak kegiatan. Feses yang keras akan memasuki dan menyumbat usus buntu. Akibatnya, cairan yang diproduksi usus buntu tidak dapat keluar karena tersumbat, yang menyebabkan usus buntu akan membesar dan meradang.
Ketika usus buntu meradang maka kondisi ini pun akan mengganggu organ-organ tubuh di sekitarnya. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gejala pada penderita. Karena itu, Agus pun mengimbau masyarakat dapat melakukan tata cara makan yang baik untuk menghindari usus buntu. Misalnya, mengunyah dengan baik, tidak terburu-buru saat makan, dan fokus saat sedang makan.
Pilihan Editor: Kapan Sakit Perut Sudah Masuk Kategori Serius dan Tak Boleh Diabaikan?