TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Nurul Falah Edi Pariang mengatakan sebaiknya masyarakat lebih berhati-hati mengkonsumsi obat. Menurut Nurul, jumlah obat ilegal semakin banyak ditemukan. “Obat ilegal ini semakin meresahkan,” katanya di Sektretariat IAI Tomang, Senin, 25 September 2017.
Nurul mengingatkan bahwa obat adalah racun. Ia mengatakan sebaiknya mengkonsumsi obat yang indikasinya sudah diberikan dokter. “Bila sesuai dengan anjuran dokter, dosisnya pun akan benar,” katanya. Baca: 60 Persen Penonton Film Horor, Tidurnya Terganggu
Apabila dosis tidak tepat, obat yang seharusnya dapat mengobati, akan berubah menjadi racun. Nurul pun menyarankan sebaiknya pembelian obat dilakukan melalui jalur resmi. Artinya, dibeli di sarana pelayanan farmasi yang mendapatkan obat melalui jalur resmi. Dengan begitu, kualitas obat pun akan tetap terjaga.
Obat adalah barang yang cukup istimewa. Dalam memproduksinya, produsen memiliki aturan “cara pembuatan obat yang baik”. Dalam aturan itu, semuanya dirinci. Tidak hanya urusan dosis obat, tapi juga suhu ruangan produksi obat, jenis ubin pabrik, sisi gedung pabrik, serta berbagai persyaratan lain. Belum lagi pengecekan, yang dilakukan berulang oleh tim quality control dan quality assurance.
Hal ini tentunya berbeda dengan obat ilegal yang diracik secara asal tanpa mengedepankan kebersihan ataupun aturan dosis yang ketat. “Biasanya obat ilegal diracik secara oplosan,” kata Nurul.
Baca Juga:
Tak hanya produksi obat ilegal yang dikhawatirkan, detail penempatan obat pun perlu menjadi perhatian masyarakat. Menurut Nurul, beberapa obat yang dibeli di warung terkadang mengkhawatirkan. Penempatan obat warung itu biasanya di dekat rokok atau terkadang bahan kimia lain. Padahal penempatan yang salah dengan suhu ruangan yang asal dapat menurunkan khasiat obat. “Atau bahkan merusak obat itu sehingga berubah jadi racun,” ucapnya. Baca: Menonton Film Horor, Bukti Seorang Pria Telah Dewasa?
Nurul lebih menyarankan masyarakat mengurangi konsumsi obat. Apabila penyakit bisa disembuhkan dengan istirahat dan tidak menggunakan obat, itu jauh lebih baik. Ia mengingatkan bahwa obat mengandung zat kimia yang memiliki efek samping. Efek samping itu misalnya mengantuk atau bahkan suka buang air kecil. Bila dikonsumsi berlebihan, obat pun bisa menyerang organ lain, seperti parasetamol yang dapat merusak organ hati. “Prinsipnya, minum obat hanya kalau diperlukan dan sesuai dengan anjuran dokter dan takaran apoteker,” katanya. "Jangan mau terima obat yang diberikan orang tidak dikenal seperti kasus di Kendari itu."
MITRA TARIGAN