Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Peneliti Temukan Cara Baru Atasi Gangguan Kecemasan lewat Tes Darah

Reporter

Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Ilustrasi wanita cemas. Freepik.com/Wayhomestudio
Iklan

TEMPO.CO, JakartaGangguan kecemasan tidak dapat disepelekan. Banyak orang Indonesia yang mengalami hal ini, termasuk yang tidak terdiagnosis. Pada 2021, Kementerian Kesehatan menyebut angka gangguan kecemasan yang dialami masyarakat Indonesia mengalami kenaikan sebesar 6,8 persen selama pandemi COVID-19.

Selain itu, angka gangguan depresi ikut naik sebesar 8,5 persen sehingga apabila melihat proyeksi jumlah penduduk Indonesia, hal tersebut benar-benar butuh penanganan serius. Berdasarkan data Kemenkes sepanjang 2020, sebanyak 18.373 jiwa mengalami gangguan kecemasan, lebih dari 23.000 mengalami depresi, dan sekitar 1.193 jiwa melakukan percobaan bunuh diri.

Kini, sebuah penelitian telah membantu mengembangkan tes darah untuk menemukan risiko orang mengalami gangguan mental kecemasan serta tingkat keparahan. Tes ini juga dapat memprediksi apakah orang cenderung lebih cemas di masa depan dan juga faktor lain, seperti perubahan hormon yang dapat mempengaruhi kecemasan. Setelah divalidasi oleh tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indiana di Amerika Serikat, tes darah sudah dibuat oleh perusahaan startup MindX Sciences untuk penggunaan klinis.

"Banyak orang menderita kecemasan yang bisa sangat melumpuhkan dan mengganggu kehidupan sehari-hari," kata ahli saraf psikiatri dari Universitas Indiana, Alexander Niculescu, seperti dilaporkan Medical Daily. "Memiliki sesuatu yang objektif seperti ini membuat kita dapat mengetahui keadaan terkini seseorang, risiko masa depan, serta pilihan pengobatan apa yang cocok." 

Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry, tim peneliti merekrut pasien di Pusat Medis Indianapolis untuk mengkorelasikan tingkat kecemasan dan mengidentifikasi biomarker darah spesifik yang terkait dengan masalah mental. Biomarker adalah penanda biologis seseorang. 

Biomarker dapat didefinisikan sebagai respons biologis dari suatu organisme dan memiliki karakteristik yang unik sehingga dapat membantu banyak hal dalam dunia kesehatan. Dari penelitian tersebut, mereka menemukan 19 biomarker darah yang dapat digunakan untuk meramalkan perubahan kecemasan. Menguji sampel darah adalah metode yang nyaman, lebih murah, dan lebih mudah untuk mendiagnosis masalah dalam tubuh.

"Pendekatan yang ada selama ini adalah berdialog dengan pasien tentang bagaimana perasaan sebagai cara mendiagnosis apakah mereka harus menjalani pengobatan. Tetapi beberapa obat penanganan kecemasan dapat membuat ketagihan yang justru menimbulkan lebih banyak masalah," jelas Niculescu. "Kami ingin melihat apakah pendekatan kami untuk mengidentifikasi biomarker darah dapat membantu mencocokkan orang dengan obat yang ada. Ini akan bekerja lebih baik dan bisa menjadi pilihan yang tidak membuat ketagihan."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bantu pencegahan
Tes darah ini juga dapat memprediksi masalah kecemasan di masa depan dan diharapkan dapat membantu mencegah gangguan kecemasan sebelum orang-orang mengalaminya.

"Ada orang yang mengalami kecemasan dan tidak terdiagnosis dengan benar kemudian mengalami serangan panik tetapi mengira mereka mengalami serangan jantung dan berakhir di UGD dengan segala macam gejala fisik," jelas Niculescu. "Jika kita bisa mengetahuinya lebih awal, mudah-mudahan bisa menghindarkan rasa sakit dan penderitaan ini dan menangani mereka lebih awal sesuai dengan profil masing-masing individu." 

Para peneliti menyoroti fakta tidak semua pasien merespons dengan baik terhadap perawatan kecemasan yang ada selama ini, yang merupakan bukti pentingnya menemukan perawatan baru dan lebih baik. Tim peneliti berharap tes biomarker ini akan membantu menyelaraskan pasien dengan obat yang tepat, menemukan kemanjuran obat, dan menemukan cara untuk menggunakan kembali obat lama.

"Ini adalah sesuatu yang bisa menjadi tes panel sebagai bagian dari kunjungan kesehatan rutin pasien untuk mengevaluasi kesehatan mental dari waktu ke waktu dan pencegahan lebih baik dalam jangka panjang," jelas Niculescu.

Pilihan Editor: Mengenal Hipnosis atau Hipnoterapi, Terapi Membantu Atasi Kecemasan dan Depresi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Pentingnya Peran Keluarga dalam Mengatasi Depresi Lansia

1 hari lalu

Ilustrasi lansia bersama cucunya. shutterstock.com
Pentingnya Peran Keluarga dalam Mengatasi Depresi Lansia

Psikiater mengingatkan keluarga berperan besar mengatasi depresi di kalangan lanjut usia. Berikut yang perlu dilakukan.


Fobia Sendirian atau Autofobia, Apa Gejala dan Penyebabnya?

1 hari lalu

Ilustrasi fobia. Shutterstock
Fobia Sendirian atau Autofobia, Apa Gejala dan Penyebabnya?

Autofobia kondisi fobia ketika seseorang ketakutan terhadap kesendirian


Psikiater Sebut Kaitan Post Power Syndrome dan Depresi Terselubung pada Lansia

2 hari lalu

ilustrasi lansia (pixabay.com)
Psikiater Sebut Kaitan Post Power Syndrome dan Depresi Terselubung pada Lansia

Psikiater menyebutkan post power syndrome dapat menyebabkan depresi terselubung pada lansia. Ini yang perlu dilakukan.


Inilah 6 Penyebab Mengapa Manusia Bisa Lupa

2 hari lalu

Ilustrasi orang lupa
Inilah 6 Penyebab Mengapa Manusia Bisa Lupa

Lupa bisa terjadi pada siapa pun. Berikut beberapa penyebab lupa yang perlu Anda ketahui.


Hari Lanjut Usia Nasional, Kenali Gejala Depresi Terselubung pada Orang Tua

2 hari lalu

Ilustrasi wanita tersenyum pada orang tua atau lansia di panti jompo. shutterstock.com
Hari Lanjut Usia Nasional, Kenali Gejala Depresi Terselubung pada Orang Tua

Hari Lanjut Usia Nasional, masyarakat diimbau mengenali gejala depresi terselubung pada lansia karena dapat mengurangi penurunan kualitas hidup.


Tingkatkan Kesehatan Fisik dan Mental dengan Seni

3 hari lalu

Ilustrasi wanita menggambar. Unsplash.com/Stefan Stefancik
Tingkatkan Kesehatan Fisik dan Mental dengan Seni

Ada banyak cara di mana seni dapat digunakan untuk memperbaiki kesehatan fisik, mental, dan emosional. Berikut di antaranya.


Aura Kasih Mengaku Alami Anxiety Disorder, Apa Saja Jenisnya?

6 hari lalu

Aura Kasih (Instagram @aurakasih)
Aura Kasih Mengaku Alami Anxiety Disorder, Apa Saja Jenisnya?

Anxiety disorder dapat menyerang siapa pun, ternanyak memang perempua. Peyanyi Aura Kasih pun mengalaminya. Berikut jenis-jenis anxiety disorder.


Aura Kasih Mengaku Alami Anxiety Disorder, Kenali Gejalanya

6 hari lalu

Aura Kasih. Foto: Instagram/@aurakasih
Aura Kasih Mengaku Alami Anxiety Disorder, Kenali Gejalanya

Penyanyi Aura Kasih mengaku mengalami anxiety disorder, berikut gejala dan siapa yang rentan terkena. Mengapa wanita lebih banyak mengalaminya?


Tips Menemukan Kebahagiaan lewat Gaya Hidup Slow Living

7 hari lalu

Ilustrasi wisata kebugaran. Dok. Pegipegi
Tips Menemukan Kebahagiaan lewat Gaya Hidup Slow Living

Dalam mempersiapkan penerapan gaya hidup santai serta slow living, sejumlah langkah berikut mungkin dapat diikuti.


Memahami Gaya Hidup Slow Living untuk Redakan Stres

7 hari lalu

Ilustrasi berkebun. Freepik.com/Senivpetro
Memahami Gaya Hidup Slow Living untuk Redakan Stres

Buat yang selalu sibuk, saatnya beralih ke gaya hidup slow living, melambatkan laju hidup demi menikmati setiap momen dengan lebih bermakna.