TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit hati berlemak non-alkohol mengacu pada serangkaian gangguan pada organ hati yang tidak disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebihan. Mengonsumsi kalori berlebih dapat menyebabkan lemak menumpuk di hati. Penting untuk memperhatikan tanda-tanda penyakit ini, salah satunya adalah sering mimisan.
Dikutip dari Times of India, tahap awal penyakit hati berlemak biasanya tidak memiliki tanda-tanda peringatan. Karena jarang disadari lemak dapat terus menumpuk di hati sehingga menyebabkan peradangan. Ini disebut steatohepatitis non-alkohol. Peradangan terus-menerus selanjutnya dapat membuat jaringan parut muncul pada hati yang disebut fibrosis.
Jika tidak ditangani, fibrosis dapat berkembang menjadi sirosis yang merupakan tahap paling parah dari penyakit hati berlemak. Salah satu gejala sirosis adalah sering mengalami epistaksis atau mimisan. Ada dua jenis mimisan, yakni anterior dan posterior. Sering mimisan dapat terjadi karena tubuh lebih rentan terhadap pendarahan. Ini juga dapat menyebabkan memar dan gusi berdarah.
Seiring dengan mimisan, tanda-tanda lain dari sirosis meliputi:
- kelelahan
- kehilangan nafsu makan
- penurunan berat badan dan pengecilan otot
- mual dan muntah
- sensasi nyeri tekan atau nyeri di sekitar area hati
- kuit menguning
- rambut rontok
- demam dan menggigil
- bengkak di kaki dan pergelangan kaki karena penumpukan cairan (edema)
- pembengkakan di perut karena penumpukan cairan (asites).
Masalah kesehatan kompleks lainnya yang terkait dengan sirosis hati meliputi perubahan kepribadian, masalah tidur (insomnia), kehilangan ingatan, kebingungan, dan kesulitan berkonsentrasi.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit hati berlemak di antaranya obesitas dan diabetes tipe 2. Faktor lain meliputi tiroid yang kurang aktif, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, atau sindrom metabolik.
Pilihan Editor: Mengenal Hepatic Steatosis alias Lemak Hati dan Penyebabnya