TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu kondisi yang semakin banyak dibicarakan adalah prediabetes. Prediabetes adalah tahap awal dari gangguan gula darah yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal, namun belum mencapai level yang diperlukan untuk diagnosis diabetes tipe 2.
Seperti yang dilansir dari Mayo Clinic, meskipun tidak menimbulkan gejala yang mencolok, prediabetes merupakan indikator penting yang tidak bisa dianggap remeh. Tanpa perubahan gaya hidup yang tepat, prediabetes dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2, yang membawa risiko kesehatan yang serius.
Salah satu tantangan utama dari prediabetes adalah seringkali tidak adanya tanda atau gejala yang jelas. Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki prediabetes hingga kondisi ini berkembang lebih lanjut. Namun, ada beberapa tanda fisik yang mungkin menunjukkan adanya masalah.
Salah satunya adalah perubahan warna kulit yang gelap, terutama di area leher, ketiak, atau selangkangan. Perubahan ini seringkali berhubungan dengan resistensi insulin, yang merupakan ciri khas prediabetes.
Saat prediabetes berkembang menjadi diabetes tipe 2, gejalanya mulai muncul dan lebih nyata. Peningkatan rasa haus yang ekstrem, sering buang air kecil, rasa lapar yang berlebihan, dan kelelahan yang tidak wajar adalah beberapa gejala awal yang mungkin Anda rasakan. Selain itu, penglihatan kabur, kebas atau kesemutan di tangan dan kaki, serta infeksi yang sering terjadi dan luka yang lambat sembuh bisa menjadi tanda bahwa tubuh Anda mengalami masalah dengan pengaturan gula darah.
Berbagai faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami prediabetes. Memahami faktor-faktor ini penting untuk mengidentifikasi potensi masalah sejak dini. Beberapa faktor risiko utama, seperti yang dilansir dari WebMD.
1. Usia: Dengan bertambahnya usia, risiko mengembangkan prediabetes meningkat. Mereka yang berusia di atas 45 tahun cenderung memiliki risiko lebih tinggi karena perubahan metabolisme dan penurunan sensitivitas insulin seiring waktu.
2. Diet: Pola makan yang tidak sehat memainkan peran besar dalam perkembangan prediabetes. Konsumsi tinggi daging merah, daging olahan, dan minuman manis dapat meningkatkan risiko, terutama jika diimbangi dengan kekurangan buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan lemak sehat seperti minyak zaitun.
3. Berat Badan Berlebih atau Obesitas: Kelebihan berat badan, terutama jika lemak berfokus di area perut, sangat berkaitan dengan risiko tinggi prediabetes. Lemak perut dikenal sebagai indikator utama resistensi insulin.
4. Kadar Kolesterol: Profil lipid darah yang buruk, seperti kolesterol tinggi, trigliserida tinggi, HDL rendah, dan LDL tinggi, dapat meningkatkan risiko prediabetes dan komplikasi kesehatan lainnya.
5. Kurang Aktivitas Fisik: Tidak berolahraga secara teratur dapat mengakibatkan penambahan berat badan dan penurunan sensitivitas insulin, sehingga meningkatkan risiko prediabetes.
6. Diabetes Gestasional: Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 9 pon berisiko lebih tinggi mengalami prediabetes di masa depan.
7. Masalah Tidur: Gangguan tidur seperti apnea tidur dapat mengganggu metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko prediabetes.
Meskipun prediabetes dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, langkah-langkah gaya hidup sehat dapat membantu mengembalikan kadar gula darah ke normal dan mencegah perkembangan diabetes tipe 2.
Mengadopsi pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan mempertahankan berat badan yang sehat adalah kunci utama. Memilih makanan yang bergizi, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan lemak sehat, dapat membantu menjaga keseimbangan gula darah. Selain itu, aktif secara fisik dengan melakukan setidaknya 150 menit latihan moderat setiap minggu juga penting.
Pilihan Editor: 9 Faktor Risiko Utama Prediabetes